radarlampung.co.id – Ketua Komnas Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait mengatakan, kemungkinan korban pelecehan seksual di salah satu pondok pesantern di Lamsel bakal bertambah.
“Pada saat kami berdialog di Mapolsek Natar, ia menyesali dirinya kepada saya karena itu tidak sesuai dengan keilmuan yang ia peroleh sejak di Ponpes maupun disalah satu Ponpes di daerah Yaman. Ia juga sangat menyesali, karena faktor-faktor libido yang berlebihan yang setiap hari mengkomsumsi film pornografi ditambah berinteraksi dengan santri-santri disana,” jelasnya.
Kemudian, masih kata Arist, pelaku yang terakhir berinisial A dari kalangan terdidik. Bahkan A sudah punya pengalaman melakuan penelitian-penelitian terhadap perubahan perilaku seks. Berjalannya waktu, A juga nampaknya mengkomsumsi banyak film pornografi sehingga mendorong itu. Ditambah istrinya A justru tidak berada bersamanya.
“Ia bertugas sebagai memasak di Ponpes tersebut. Dengan tugasnya itu, A sangat dekat dengan santri-santri bahkan ia sering memberikan rokok dan makanan tambahan diluar menu yang sudah ada di Ponpes. Itulah bujuk rayu dan memanfatkan kelemahan-kelemahan santri dengan memberikan menu yg berbeda ditambah mereka mengkonsumsi film porno,” ujarnya.
Baca juga: Mengejutkan! Ini Fakta Soal Pelecehan Seksual 14 Santri di Lamsel (bagian 1)
Ia menambahkan, ada kemungkinan korban melebihi dari 14 orang. Disinyalir korban mencapai 20 hingga 30 orang. Dari randomnya saja, kata Arist yang artinya dari ilmu penelitian lebih dari 14 korban. Dan yang pasti itu sangat luar biasa, karena ada yang dilakukan sekali dalam seminggu dan dua kali dalam seminggu dari pengakuan korban.
“Semenjak kejadian itu, korban ada yang di Lampung dan ada yang di luar Lampung seperti, Sumatera dan ada juga yang sudah keluar Lampung seperti, ke Kalimantan, Jawa Timur dan Bekasi. Para korban selama ini menutupi, karena mereka menganggap sangat menghargai pengajar yang telah memberi ilmu agama,” ungkapnya.
Lanjutnya, sampai akhirnya mereka dari 14 korban itu memutuskan keluar dari Ponpes itu. Tapi ketika mereka menyadari, bahwa kalau ini tidak dibongkar maka dari korban disinyalir ada adik-adiknya yang ada di Ponpes akan mengalami nasib yang sama.
“Maka terfikirlah saya untuk klarifikasi itu untuk menemui pimpinan Ponpes dengan menghadiri psikolog untuk melakukan sosialisasi terhadap santri-santri yang menjadi ancaman trauma,” tutupnya. (adm/gus)